Saadat Padjadjaran
Ashadu sahadat islam,
Sarsilah gusti panutan,
Panut pangkon pangandika,
Kanjeng gusti rosul,
Anembah guru,
Anembah ratu,
Anembah telekon agama islam,
Syeh haji kuncung putih,
Kian santang
kan lumejang,
Kudrat yaa insun qursy Allah,



Susuci
Sri suci tunggal sabangsa,
Banyu suci tungggal sabangsa,
Geni suci tunggal sabangsa,
Braja suci tunggal sabangsa,
Suka suci mulya badan sampurna,
Sampurna kersaning allah ta'ala,
Lailahaillallah Muhammadarrasulullah.

Translate

Rabu, 09 Maret 2011

Nama Hayam Wuruk & Gajah Mada tak ada di Jawa Barat sejak Perang Bubat

Candi Majapahit, menjadi obyek turisme baru.
Peristiwa Bubat sama sekali tak disinggung dalam naskah Negarakretagama atau Desawarnana karya Mpu Prapanca. Kebalikan dengan naskah2 kuno Sunda yang ditulis 2 abad kemudian, diantaranya ; Pararaton, Kidung Sunda, Carita Parahyangan dan naskah Wangsakerta. Bahkan, menurut Zoetmulder ( 1974:1984 ) kisah itu ada di Kidung Sunda naskah Bali ( I Gusti Ngurah Bagus, 1991 ).
Bubat bisa jadi bukan di Trowulan, sebagaimana anggapan selama ini. Dari foto udara dan ekskavasi, situs Trowulan memiliki banyak parit. Secara logika, sulit dibayangkan Prabu Hayam Wuruk datang ke lapangan Bubat untuk menghadiri upacara keagamaan dan kenegaraan dengan mengendarai kereta yang ditarik 6 ekor kuda. Naskah Negarakretagama yang diselamatkan saat Perang Lombok tahun 1894, sayangnya tidak menyebutkan di mana letak Bubat.
Hayam Wuruk adalah raja terbesar Majapahit, raja ke-4 yang berkuasa selama 30 tahun ( 1350-1389 ). Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, berkuasa selama 17 tahun ( 1292 – 1309 ), dimulai dengan mendirikan pemukiman di hutan Tarik, dekat Mojokerto. Ia jadikan Tarik, sebagai pusat kekuasaannya. Raden Wijaya digantikan putranya, Jayanegara ( 1309-1328 ), lalu putrinya, Tribhuwanatunggadewi ( 1328-1530 ). Selama Jayanagara dan Tribuwanatunggadewi berkuasa, terjadi beberapa kali pemberontakan, namun ibukota Tarik, tak sampai jatuh ke tangan musuh. Widyapurbawan ( arkeolog ) Prof.Ayatrohaedi pernah lama meneliti situs Trowulan. Ia mengatakan, Tarik merupakan kota bertuah, tak ada alasan memindahkan ibukota Majapahit ke Trowulan.
Bubat merupakan kota bandar yang terletak di sisi sungai besar, tak jauh dari Tarik. Mengutip keterangan penduduk setempat, Bubat terletak di tepi Sungai Brantas yang palungnya membelok dari arah selatan ke utara, dan terus ke arah timur. Di sinilah, kapal2 yang ditumpangi Prabu Linggabhuana berlabuh, lalu membangun perkemahan. Di bagian selatan sungai ini pernah ditemukan sisa2 bangunan dari batu kuno dalam jumlah cukup banyak, berserakan di mana-mana. Di sinilah letak Dusun Maedowo dalam naskah Negarakretagama, dengan sebutan Madawapura. Jika ingin menemukan puing peristiwa Bubat, alm Mang Ayat menyarankan penelitian diarahkan ke Tarik.
Wastukancana : kaisar cilik, long live the king …
Kisah Perang Bubat yang dipahat pada candi.
Peristiwa Bubat meninggalkan kesedihan mendalam. Bisa dimengerti mengapa sampai sekarang penduduk Jawa Barat tak menggunakan nama Hayam Wuruk dan Gajah Mada sebagai nama jalan. Kerajaan Sunda Galuh sempat mengalami kekosongan pimpinan. Calon penggantinya tak bisa segera naik tahta. Ketika peristiwa Bubat, Prabu Wastu ( Wastukancana ) baru 9 tahun. Selama hampir 9 tahun pula, ia diasuh pamannya, Patih Bunisora sampai dianggap cukup umur dan cakap memimpin.
Wastukancana dikenal sebagai raja yang bijak dan berumur panjang ( 104 tahun ). Tinggalannya berupa 6 prasasti di situs Astana Gede Kawali, Ciamis. Setelah wafat ( 1475 ), ia digantikan oleh 2 putranya dari 2 permaisuri. Wilayah Kerajaan Sunda meliputi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan sebagian Jawa Tengah itu kemudian dibagi dua. Sang Haliwungan dinobatkan menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Susuktunggal. Saudara tirinya, Ningrat Kancana dinobatkan menjadi penguasa Galuh dengan gelar Prabu Dewa Niskala. Kedua wilayah kerajaan ini dibatasi Sungai Citarum.
Prabu Siliwangi dalam lukisan di Keraton Kasepuhan. Tampak garang, meyakinkan. Prestasinya menyatukan 2 kerajaan ; Galuh dan Sunda. Juga, mengantarkan Kerajaan Sunda Pajajaran ke puncak kejayaannya.
Di tengah jalan, Dewa Niskala harus turun tahta karena melakukan 2 kesalahan. Setelah peristiwa Bubat, Raja Sunda dan kerabatnya tabu menikah dengan kerabat dari Majapahit. Dewa Niskala menikahkan putrinya Ratna Ayu Kirana dengan Raden Baribin, kerabat Kerajaan Majapahit yang mengungsi karena pergolakan politik pasca jatuhnya Prabu Kertabhumi ( Brawijaya V ). Kesalahan kedua, Niskala menikahi seorang gadis dalam rombongan Baribin. Gadis itu sebenarnya sudah bertunangan, namun terpisah dengan kekasihnya. Dalam Carita Parahyangan dinamakan “estri larangan ti kaluaran” ( wanita yang tak boleh dikawin ).
Niskala digantikan putranya, Jayadewata yang berhasil mempersatukan 2 wilayah terpisah, lewat perkawinannya dengan Kentring Manik Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal. Untuk kedua kalinya ia dinobatkan, dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Ia memilih berkedudukan di Pakuan, kota Bogor sekarang. Sri Baduga berhasil mengantarkan Kerajaan Sunda Pajajaran ke puncak kejayaannya. Dalam karya sastra, namanya sering diidentikkan dengan Prabu Siliwangi. ( Her Suganda/ PR, 22/10/2009 )

Kita tahu sekarang, dari mana Jalan Siliwangi ( letak Sabuga ) dan Wastukancana ( letak Balai Kota ) berasal. Ada Kodam Siliwangi. Ada juga Stadion Siliwangi, tempat bobotoh Persib biasa nonton tim kesayangan urang Bandung beraksi. Wastukancana berangkat dari anak yatim pasca perang Bubat, lalu jadi raja bijak hingga usia 104 tahun. Siliwangi menyatukan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh ( kembali seperti masa Wastukancana ), membawa tatar Sunda ke puncak kejayaan. Tak semua orang namanya bisa dipakai untuk menamai jalan protocol, atau patungnya menghiasi kawasan utama. Pastilah Siliwangi dan Wastukancana manusia istimewa. Berjasa bagi negara dan bangsanya, sehingga pantas dikenang, menjadi inspirasi perjuangan serupa bagi generasi sesudahnya.
Saya suka curios ( penasaran ) pada peradaban tinggi yang pernah dicapai oleh manusia pendahulu. Di Rengas Dengklok, kabupaten Karawang, ditemukan 24 reruntuhan artefak Sunda. Dari 14 kotak ekskavasi ditemukan tembikar, manik2 dari emas, logam, kaca, candi glondongan, bahkan kerangka manusia prasejarah ! Lokasi berharga itu kini dinamai Situs Batujaya. Arkeolog dari Indonesia, Perancis, Belanda, Birma dan Thailand gotong royong membuka tabir gundukan bata berukuran 6 x 6 meter setinggi 4 meter di tengah persawahan subur milik orang Sunda. Jarang2 orang Jabar punya peninggalan sespektakuler ini. Biasanya, candi milik orang Jawa Tengah atau Jawa Timur saja. Namun, kali ini, Jawa Barat bisa mematahkan “mitos kepemilikan” candi tsb. Situs Batujaya menarik perhatian peneliti dunia, bahkan disebut-sebut sebagai penemuan besar abad ini. Wah, wah, wah ..
Candi Batujaya/ Jiwa, di Rengas Dengklok, Karawang, menemani kehadiran Candi Cangkuang ( Syiwa ) di Leles, Garut. Candi Batujaya yang terbuat dari bata kini menjadi candi tertua di Jawa ( abad ke-4 / ke-5 M ). Candi di Jateng & Jatim memakai batuan gunung (andesitik), umurnya lebih muda.
Situs Batujaya.Ditemukan candi, tembikar, manik2, alat logam & kerangka manusia prasejarah. Betul2 pahe. Satu lubang ketemu semua yang diingini para arkeolog. Komplit.

Bambang Budi Utomo ( arkeolog Badan Arkeologi Nasional ), Hasan Djafar ( arkeolog FIB-UI ), Pierre Yves Manguin ( arkeolog ECOLE ), Sandra ( arkeolog EFEO ), Wannasaru Noonsuk ( arkeolog Thailand ), Dimas ( mahasiswa UI ) menindaklanjuti penemuan awal Fakultas Sastra UI Jurusan Arkeologi, tahun 1985 itu. Rupanya, pada abad ke 5 – 6 Masehi, di lokasi persawahan seluas 5 km2 itu, pernah ada pusat pemujaan agama Budha pertama dan terbesar. Penduduknya sudah mahir membuat gerabah, batu bata, mengenal teknologi sep, stuko dan pembuatan alat2 dari besi pada awal sejarah. 2500 tahun silam, mereka telah melakukan kontak dagang dengan bangsa India. Di kedalaman 2,5 meter ditemukan 9 kerangka manusia bersama tembikar ( bermotif Arikamendu, India, dengan 30 jenis pola hias yang tenar pada abad ke 3 Masehi ) dan bekal kubur. Situs Batujaya yang menjadi kelanjutan masa prasejarah ke sejarah, telah menunjukkan masyarakatnya yang terkenal dengan budaya Buni.
Bulan Juli 2006 ditemukan puluhan kerangka, yang jika diteruskan menggali bisa mencapai ratusan. Tua muda, anak kecil, pria, wanita, ada di sana tulang belulangnya. Komplit. Komunitas peneliti dari Universitas Leiden ( Belanda ) dan Universitas Soborn ( Perancis ) menyelusuri silsilah manusia prasejarah dari ras mongoloid ini melalui tes DNA. Selama ini, Lawangan, Gilimanuk menjadi pekuburan terbesar di Indonesia. Situs Batujaya berpeluang memecahkan rekor.
Kalau anda pernah nonton film horor Poltergeist, anda pasti ogah mengorek lapis demi lapis tanah yang menghantui rumah. Ada ratusan kerangka manusia di sana yang arwahnya gentayangan. Pakai sikat gigi pula. Warga sekitar Batujaya ngeri mendatangi Bukit Jiwa yang terkenal angker. Namun tak demikian halnya dengan para peneliti yang setia menyisir dengan kuasnya. Hari demi hari, mereka lalui penuh semangat, demi memenuhi rasa ingin tahu.( semoga mereka tak dihantui mimpi buruk atau penampakan2 selama ekskavasi ). Bukit Jiwa mendadak surganya arkeolog. Candi balandongan, tembikar, manik2, kerangka prasejarah, ditemukan sekaligus dalam satu lubang. Benar2 pahe ( paket hemat ). Di situs lain, biasanya candi saja, tembikar saja atau kerangka saja. Tidak satu paket.
Kesimpulannya, tempat angker tidak identik dengan malapetaka. Bisa jadi ia blessing in disquise seperti Situs Batujaya. Kita beri applaus dan apresiasi tinggi kepada para pemberani, penguak keping sejarah masyarakat Sunda. Leluhur orang Bandung, juga leluhur Siliwangi dan Wastukancana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar