Saadat Padjadjaran
Ashadu sahadat islam,
Sarsilah gusti panutan,
Panut pangkon pangandika,
Kanjeng gusti rosul,
Anembah guru,
Anembah ratu,
Anembah telekon agama islam,
Syeh haji kuncung putih,
Kian santang
kan lumejang,
Kudrat yaa insun qursy Allah,



Susuci
Sri suci tunggal sabangsa,
Banyu suci tungggal sabangsa,
Geni suci tunggal sabangsa,
Braja suci tunggal sabangsa,
Suka suci mulya badan sampurna,
Sampurna kersaning allah ta'ala,
Lailahaillallah Muhammadarrasulullah.

Translate

Kamis, 14 Maret 2013

LEGENDA LUTUNG KASARUNG

Bermula dari Nagari Kahyangan dibawah Sunan Ambu. Abad ini tahun 104 Candra Kala, Zaman Megalitikum. Kemudian, Sunan Ambu mencipta seorang Prabu yang bernama Prabu Lutung Kasarung dan Budak Manjor.
Di bumi sudah ada Negara Pasir Batangan disekitar Gunung Bundar berdekatan di kaki Gunung Salak, Bogor. Hal ini dalam pantun kuno disebutkan ada 7 putri nan cantik rupawan.

1. Nyi Mas Purba Larang
2. Nyi Mas Purba Endah
3. Nyi Mas Purba Leuwih Ningsih
4. Nyi Mas Purba Kencana
5. Nyi Mas Purba Manik Maya
6. Nyi Mas Purba Leutik
7. Nyi Mas Purbasari

Negara Pasir Batangan memiliki seorang Adipati yang bernama Lembu Halang yang sakti mandraguna dan dipimpin oleh Rajanya bernama Prabu Purba Kencana dengan permaisurinya Nyi Mas Larasarkati.
Terjadilah perkawinan antara Prabu Indra Prahasta dengan Nyi Mas Purba Larang dan Prabu Lutung Kasarung dengan Nyi Mas Purbasari. Prabu Lutung Kasarung diasuh oleh Aki Kolot Penyumpit dan Nini Kolot Penyumpit.

Dari perkawinan Prabu Indra Prahasta dengan Nyi Mas Purba Larang, melahirkan:
1. Uyut Tirem
2. Aki Raga Mulya

Dari perkawinan antara Prabu Lutung Kasarung dan Nyi Mas Purbasari, melahirkan:
1. Prabu Bathara Gung Binathara Kusuma Adjar Padangi
2. Nyi Mas Ratu Banjaransari

Kemudian Prabu Gung Binathara Kusuma Padangi membuat situs menhir sebagai tempat persembahan kepada leluhur Nagari Kahyangan yang terletak di Salaka Dhomas, Bogor. Kemudian Prabu Gung Binathara membuat istana kerajaan dari batu yang terletak di Gunung Padangi antara Cianjur dan Sukabumi, yang disebut Batu Menhir Megalitikum dengan nama kerajaannya adalah Medang Kamulan I.
Prabu Bathara Gung Binathara mempunyai putra dua:

1. Prabu Angling Dharma Mandalawangi diperintahkan untuk membuat situs di Gunung Pulosari, Desa Mandalawangi Banten (Medang Kamulan II).

2. Nyi Mas Nila Sastra Ayu Jendrat ditugaskan untuk membuat kitab para Dewa Nila Sastra Ayu Jendrat (Kitab aturan dewata yang memuat Pituduh, Pitutur, Pibekaleun).

Tahun 78 M, Prabu Gung Binathara menciptakan Aji Purwa Wisesa sejumlah 18 huruf yang berbunyi:
HA NA CA RA KA DA TA SA WA LA PA JA YA NYA MA GA BA NGA
Pada tahun 130 M, Prabu Angling Dharma membuat wilayah kekuasaan dan keraton sampai ke pedalaman Banten (Lebak) dan Ujung Kulon. Di kemudian hari terkenal dengan nama HYANG SIRA atau EYANG JANGKUNG; disebut Eyang Jangkung karena memapas gunung Pulosari yang menghalangi penglihatannya dimana kuncup Pulosari dibuang ke laut sehingga menjadi gunung Krakatau.
Pada tahun 170 M, Ratu Gung Binathara Kusuma Adjar Padangi mencipta batu sebesar rumah (jika diukur sebesar rumah tipe 200) yang berlokasi di desa Cibulan, Cisarua yang saat ini dikenal dengan sebutan Maqom (petilasan) Wali Cipta Mangun Negara dan Nyi Mas Cipta Rasa.
Antara Salaka Dhomas dengan Situs Magalitikum Gunung Padang di Cianjur dengan batu menhir Megalitikum di Pulosari dan dengan Batu di Wali Cipta Mangun Negara, semuanya memiliki satu kesatuan dan kesamaan masa.
__________________________________________________ ___________

Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara:

a.) Menhir Cihunjuran; berupa Menhir sebanyak tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang.
Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif, tetapi dalam peta tampak berada di lereng sebelah barat laut gunung Pulosari, tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan Saketi. Batu tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin menyabung ayam dengan Pucuk Umum.

b.) Dolmen; terletak di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Berbentuk sebuah batu datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus dengan permukaan yang rata dengan pahatan pelipit melingkar ditopang oleh empat buah penyangga yang tingginya masing-masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu ada ruang kosong. Di bawahnya terdapat fondasi dan batu kali yang menjaga agar tiang penyangga tidak terbenam ke dalam tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali dua buah batu berlubang yang terletak di sebelah timurnya.

c.) Batu Magnit; terletak di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik, Desa Saketi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang cukup unik, karena ketika dilakukan pengukuran arah dengan kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu tersebut.

d.) Batu Dakon; Terletak di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu ini memiliki beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan

e.) Air Terjun Curug Putri; terletak di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air terjun ini dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di lokasi tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah cucuran air terjun.

f.) Pemandian Prabu Angling Dharma; terletak di situs Cihunjuran Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini dulunya digunakan oleh Prabu Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung.

1 komentar: